A. Wadah Pembibitan Belut
wadah pembibitan belut |
Saat ini, wadah yang digunakan pada pembibitan belut tidak harus menggukan wadah yang berukuran luas. Bahkan, pembenihan belut
dapat diaplikasikan di lahan sempit. Wadah pembenihan yang bisa digunakan
berupa bak atau kolom beukuran 5 m x3 m x 1 m. Selain itu, durum atau toren
bekas juga dapat dignakan sebagai wadah pembenihan asalkan masih bagus dan
mampu menahan air. Berikut adalah kriteria wadah yang dapat digunakan sebagai
wadah pembibitan belut.
1)
Mampu menahan volume air.
2)
Mampu menahan lumpur.
3)
Kuat dan tidak bocor.
4)
Sesuai dengan volume produksi yang diinginkan.
5)
Mudah dalam sirkuasin air.
6)
Mudah dalam pergantian media.
7)
Mudah pemanenan
Wadah yang harus
ada dalam pembibitan belut antara lain adalah kolam pemeliharaan induk, kolam
pemijahan, dan kolam pendederan. Kolam pemeliharaan atau penampung induk
merupakan kolam yang berfungsi untuk menampung induk belut sebelum atau sesudah
dipijahkan. Kolam ini minimal harus ada
sua buah. Satu untuk induk jantan dan satu lagi untuk induk betina. Kolam ini
harus menggunakan substart lumpur dengan dasarya untuk membuat induk merasa
nyaman sehingga seperti habitat aslinya.
Kolam kedua yang
harus ada dalam pembibitan belut adalah kolam pemijahan. Akan tetapi, wadah ni
juga berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan benih belut
sampai ukuran 2 cm. Kolam harus memenuhi syarat yang bisa mebuat induk merasa
nyaman untuk melakukan pemijahan. Selain itu, media yang digunakan sebagai
substart pemijahan juga harus kaya akan nutrisi yang akan digunakan induk dan
anak-anak belut. Kapasitas induk yang ditebar di dalamnya harus sesuai dengan
ukuran kolam. Untuk padat tebar induk yang ideal pada wadah seluas 1 m x 2 m
adalah 2 set indukan, yaitu 2 ekor jantan dan 8 ekor betina.
Kolam
ketiga adalah kolam pendederan. Kolam ini disiapkan untuk memelihar bibit belut
sampai ukuran 8-15 cm. Ukuran ini merupakan ukuran aman bagi benih belut untuk
dibesarkan, terutama pada air bening. Biasanya kolam pendederan terdiri dari
dua jenis. Pertama adalah kolam pendederan untuk medederkan benih berukuran 2-5
cm dengan padat tebar 500 ekor/meter persegi. Kadua adalah kolam untuk
medederka benih 5-8 cm dengan padat tebar 200 ekor/meter persegi dan bertujun
menghasilkan benih berukuran rata-rata 15 cm.
B. Media Pembibitan Belut
Dalam membibitkan belut, diperlukan media sebagai
substart induk ketika melakukan pemijahan. Hal tersebut juga bertujuan untuk
meningkatkan keberhasilan pemijahan. Selain itu, pengadaan media juga bertujuan
untuk menyeuaikan induk dengan habitat aslinya.
1.
Menyiapkan media pemenihan
Sebelut pembibitan belut dilakukan,
perlu dipersiapkan media yang cocok untuk belut agar mau mejah dan menghasilkan
telur dalam yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
menyiapkan media pembibitan belut.
a)
Siapkan wadah dengan ketinggian 60-80 cm.
b)
Isi dasar dengan jerami setinggi 10 cm
c)
Masukka pupuk kandang (kotoran sapi atau kotoran
kerbau) setinggi 5 cm.
d)
Masukkan lumpur sawah setinggi 5 cm.
e)
Masukkan jerami dengan setinggi 10 cm.
f)
Masukkan pupuk kandang dengan ketinggian 10 cm.
g)
Masukkan
lumpur sawah setinggi 5 cm.
h)
Tambahkan air hingga ketinggian 5 cm di atas
media.
i)
Tambahkan larutan biokomposer kedalam media
dengan perbandingan dengan air 1 : 8 per meter cubik.
j)
Biarkan media yang sudah disiapkan selama satu
bulan.
k)
Lakukan sirkulasi/ganti air setiap hari sehigga
media mengendap dan air di atas media menjadi bening.
2. Mengecek kesiapan media pembibitan belut
Setelah kurang lebih 3-4 minggu persiapan media,
harus dilakukan pengecekan pada media tersebut sebelum memasukkan indukan belut kedalam wadah. Berikut adalah cara mengecek kesiapan media pembenihan belut.
a)
Tusukkan kayu/bambu kedalam media.
b)
Jika masih ada gelembung yang keruh dan berbau,
media belum siap digunakan.
c)
Jika gelembung bening dan tidak berbau,media
siap digunakan.
d)
Cara menguji kesiapan media bisa juga dilakukan dengan
cara lain, yaitu menggunakan jentik nyamuk. Kalau jenti-jentik nyamuk ternyata
mati, berarti proses pelapukan masih berlangsung. Sebaliknya, kalau
jentik-jentik nyamuk masih hidup, berarti media sudah aman untuk dimasuki
belut.
Untuk kebutuhan induk yang akan dipijahkan,
diperlukan induk jantan dan betina yang masing-masing berbeda ukuran. Perbedaan
ukuran dapat dibedakan berdasarkan umur. Berikut adalah perbedaan belut jantan
dan betina.
1.
Belut
yang panjangnya antara 20-29 cm, umur 4-9 bulan. Belut ini merupakan induk
betina yang sudah siap kawin. Bentuk kepala runcing. Warna kulit hijau muda
pada punggung dan putih kekuningan pada perut.
2.
Belut yang panjangnya 40—50 cm, berfugsi sebagai
induk jantan. Bentuk kepala tumpul. Warna kulit abu-abu, gelap.
Banyaknya belut
yang dimasukkan ke dalam wadah pemijahan adalah 1 ekor jantan dan 4 ekor betina
untuk kolam seluas 1 meter persegi. Jika kolam memiliki luas 10 meter persegi,
diperlukan 10 ekor belut jantan dan 40 ekor belut betina.
Waktu penebaran
induk yang tepat sebaiknya dilakukan pada sore hari atau mejelang magrib. Hal
tersebut dilakukan mengingat belut merupakan ikan nokturnal yang aktif pada
malam hari. Jika penebaran dilakukan pada pagi atau siang hari, dikhawatirkan induk
akan menjadi stres, behkan tidak mau mamijah.
Penabaran indu
harus dilakukan secara hati-hati. Caranya adalah dengan memasukkan induk
kedalam wadah kecil (misalnya ember) lalu memaksukkannya kedalam wadah
pemijahan. Saat penebaran, induk dibiarkan keluar sendiri dari ember dan masuk
kedalam wadah pemijahan.
Setelah induk
dimasukkan kedalam wadah pemijahan, dilakukan pemberian pakan tambahan.contah
dari pakan tersebut adalah ikan cere dan cacing. Pakan tambahan yang diberikan
jangan terlalu banyak. Hal ini mengingat pakan yang utama sudah berasal dari
media yang memang jadi sumber nutrisi bagi belut.
Setelah induk dimasukkan dalam kolam pemijahan,
wadah pamijahan sebaiknya ditutup. Penutupnya dapat berupa tanaman air seperti
eceng gondok atau dengan anyaman bambu untuk menciptakan suasana lembab dan
gelap, sebagaimana habitat alami belut di alam. Selain itu, untuk meningkatkan
presentase pemijahan, harus tercipta kondisi yang tenang dan nyaman bagi belut.
Oleh karena itu, letak wadah pemijahan sebaiknya jauh dari kebisingan dan
lalulalang orang. Dengan demikian, induk tidak merasa terganggu ketika
melakukan proses pemijahan.
Jika melihat pada tingkah lakunya,
belut merupakan hewan teritorial. Teritorial disini maksudnyaadalah hewan yang
memiliki wilayah kekuasaan sendiri. Biasanya hal ini akan terjadi pada
masa-masa tertentu, misalnya saat pemijahan. Dengan demikian, harus diciptakan
kondisi yang nyaman sehingga belut akan memijah.
Untuk
mendapatkan kondisi nyaman dan induk sukses memijah, perlu beberapa syarat.
Berikut adalah syarat-syarat agar induk merasa nyaman sehingga sukses melakukan
pemijahan.
a.
Induk telah matang gonat.
b.
Penebaran induk dalam wadah jangan terlalu
padat.
c.
Media kaya nutrisi.
d.
Media dasar gemur, liat, dan tidak mudah runtuh.
e.
Air bening dan setinggi 5 cm dari media dasar.
f.
Jangan ada gangguan selama proses pemijahan,
termasuk pemberian pakan.
Untuk pemijahan, belut memiliki cara
tersendiri dalam melakukannya. Jika kebanyakan ikan meletakkan telur pada media
atau substart seperti ranting, ijuk, atau daun; belut memiliki cara yang
berbeda. Belut meltakkan telur-telurnya di dalam gelembung-gelembung udara yang
diciptakan dari pejantan. Selain itu, induk jatan akan membuat sarang terlebih
dahulu sebelum pemijahan dilakukan. Sarang yang dibentuk berbentuk huruf ‘U’
yang kedua lubangnya saling berhubunngan.
Tahap pertama yang
dilakukan dalam pemijahan adalah pembuatan sarang atau lubang oleh induk
jantan. Setelah lubang pemijahan selesai dibuat, biasanya belut akan diam
selama beberapa hari. Setelah merasa aman dari gangguan, belut janatan akan
mengeluarkan gelembung busa ke atas permukan airtepat di atas lubang.
Gelembung-gelembung yang dibuat jantan bertujuan untuk menarik perhatian belut
betina sehingga mau mengeluarkan telur dan menempatkannya pada gelembung
tersebut.
Jika belut betina sudah menempatkan telurnya pada gelembung, belut jantan akan segera membuahinya
dengan spermanya. Setelah itu belut janatan akan memindahkannya ke dalam
sarang. Caranya adalah dengan menghisap gelembung berisi telur terbuahi ke
dalam mulutnya, lalu melatakkannya di dalam sarang atau lubang pemijahan yang
telah dibuatnya. Selanjutnya belut jantan akan keluar dari lubang satunya agar
telur yang telah berada di dalam lubang tidak terganggu.
Biasanya satu
induk betina bisa mengeluarkan 100-200 butir telur, tergantung usia dan ukuran
induk. Berdasarkan pengalaman, dari telur ang dikeluarkan betina hanya sekitar
50-70 persen saja yang menetas. Sementara itu, dari semua telur yang menetas,
hanya 50-70 persen saja yang mampu bertahan hidup sampai ukuran 5 cm. Telur
akan menetas 8-15 hari setelah pemijahan terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
suhu, pH,atau ada tidaknya hama di dalam wadah pemijahan.
Biasanya induk betina yang melakukan
pemijahan akan memasuki masa transisi atau perubahan dari induk betina ke induk
jantan. Pada masa itu tingkah lakunya akan menjadi sangat agresif. Andaik jika
tidak berda dalam masa transisi pun induk betina akan merasa sangat lapar
setelah melakukan pemijahan sehingga akan segera mencari makan. Pada masa
itulah anak-anak belut yang baru menetas berada dalam bahaya. Oleh karena itu,
induk betina yang sudah memijah harus segera dipindahkan kembali ke kolam
penampungan induk. Caranya adalah dengan menggunakn perangkap (bubu/poso) yang
sudah dimasukkan di dalam wadah
.
.
Anak-anak belut
akan dijaga oleh induk jantan dalam kurun waktu sekitar 15 hari. Induk jantan
akakn mengelilingi sarangnya dengan melingkarkan badannya tepat diatas lubang.
Setelah 15 hari, induk jantan akan mulai meninggalkan sarang dan mecari makan.
Jika sudah terjadi demikian, sebaiknya induka jantan juga dipindahkan ke kolam
penampungan induk dengan cara yang sama seperti pada induk betina.
Setelah telur menetas, induk akan mengasuh
anak-anaknya sampai umur sekitar 15 hari. Induk yang sedang menjaga
anak-anaknya akan terlihat melingkari lubang penetasannya.msetelah anak-anaknya
dirasa cukup besar, induk akan mulai meninggalkan sarang dan mecari makan. Pada
saat itulah benih-benih sudah dapat dipindahkan.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memelihara benih belut, yaitu sebagai berikut.
i)
Induk belut harus dipindahkan, terutama betina
karena dikhawatirkan sudah memasuki masa transisi menjadi induk jantan belut dan
bersifat agresif.
ii)
Benih jangan dulu diusik, termasuk pemberian
pakan, sampai berumur 15-30 hari. Pasokan pakan masih berasal dari kuning telur
dan plankton. Benih yang berumur satu bulan akan memiliki panjang rata-rata 5 cm.
iii)
Pindahkan benih yang berukuran 5 cm ke kolam
pendederan
iv)
Pemindahan benih jangan sampai mengenai tubuhnya
secara langsung, tetapi dengan
mengangkat benih bersama dengan medianya.
1. Media pendederan bibit belut
Untuk
mendederkan bibit belut berumur satu bulan, diperlukan media yang sama seperti
pemijhan. Akan tetapi, media dibuat dengan ketebalan sekitar 10-15 cm saja. Hal
itu bertujuan untuk memudahkan proses pemindahannya kelak. Upayakan media telah
diolah menjadi gembur, lembut, dan kaya nutrisi (mineral dan plankton) sehingga
benih tidak kekurangan pakan.
Secara
umu pendederan belut dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah mendederkan
benih belut sampai berukuran 8-10 cm. Sementara itu, pendederan tahap kedua
bertujuan untuk mendapatkan benih belut berukuran sektar 15 cm.
Pada pendederan pertama, bibit belut jangan diberikan pakan
tambahan dari luar. Hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan benih dan
mengakibatkan stres. Kepadatan benih pada pendederan pertama dibuat 100
ekor/meter persegi. Pada pendederan kedua, benih sudah dapat diberikan pakan
dari luar, seprti cacing sutera, jentik nyamuk, atau kutu air. Kepadatan benih
pada pendederan kedua ini antara 40-50 ekor/meter persegi. Tiap-tiap masa
pendederan berlangsung dalam kurun waktu sekitar dua bulan umur bibit belut.
Trimakasi untk ilmu.nya
BalasHapus